Ubah Sampah Plastik Jadi Cuan, Hingga Raih Penghargaan Kalpataru
Redaksi : Kamis 31 Oktober 2024R
Reporter : Supriadi
Poto : Saat seorang pekerja ngepres sampah plastik di mesin pres
SRIWIJAYANEWS | Prabumulih,-- Sampah menjadi persoalan serius bagi seluruh kota di Indonesia karena efek yang ditimbulkan lebih banyak negatif nya daripada manfaat. Mulai dari bau menyengat, pencemaran lingkungan hingga menjadi salah satu penyebab banjir.
Berangkat dari hal ini, Pemerintah Prabumulih terus berinovasi dalam mengatasi masalah sampah ,terutama sampah plastik yang tidak bisa hancur menyatu dengan tanah .Mulai dari Bank Sampah hingga mengedukasi masyarakat bagaimana cara mengolah sampah hingga menjadi cuan melalui Pusat Daur Ulang atau dikenal dengan PDU.
Poto: Tumpukan sampah plastik siap masuk mesin daur ulang
Tumpukan karung plastik menggunung di area Pusat Daur Ulang atau PDU Sungai Medang ,Kecamatan Cambai ,Kota Prabumulih .kondisi ini menjadi hiasan sehari-hari bagi para pejuang cuan yang ramah lingkungan ini.
Padahal sadar atau tidak, mereka tidak hanya berjuang bagi ekonomi keluarga , namun mereka juga sudah berkontribusi dalam menjaga lingkungan Prabumulih untuk sedikit lepas dari beban sampah plastik .
Romdoni bercerita,berangkat dari kepeduliannya kepada lingkungan membuat dirinya tergerak berikhtiar untuk mengurangi tumpukan sampah plastik yang menjadi persoalan serius hampir semua kota di Indonesia.
" Tempat dimana tumpukan karung sampah plastik dan empat mesin berada dahulu hanya merupakan sebuah lahan kosong yang curam dengan satu bangunan berdiri diantara pohon-pohon rindang," terangnya .
Pria asal Belitang, Oku Timur ini sebelumnya merupakan seorang pelaku daur ulang dengan kelompok swadaya masyarakat yang diberi nama Restu Ibu sejak tahun 2013 silam.
Ketika itu , pria berusia 43 tahun ini mulai berpikir keras bagai cara membuat agar sampah memiliki efek atau dampak sangat besar kepada masyarakat atau lingkungan namun sangat kecil kemungkinan orang untuk melakukannya.
Bapak dua anak ini mulai berkelana hingga ke pulau Jawa hanya untuk sekedar mengumpulkan info sekaligus menimba ilmu untuk mendaur ulang sampah plastik yang tidak terurai tanah.
Sejak tahun 2013 - 2018 dirinya mengaku masih melakukan praktek pengolahan sampah secara mandiri bersama kelompok swadaya Restu Ibu yang didirikannya.
Awalnya rombongan pemulung membawa kantong-kantong plastik dari TPA Sungai Medang kelompok Restu Ibu." Mereka tidak tahu jika sampah plastik tersebut bisa laku dan ada harganya," ujarnya.
Kegiatan Restu ibu ini ternyata masuk radar pemerintah Kota Prabumulih dan Pertamina , Perusahaan plat merah dan Dinas Lingkungan Hidup Prabumulih ini ingin tahu aktifitas apa sebenarnya yang dikerjakan , takutnya sampah tersebut illegal dan di buang kembali ditempat lain.Namun ternyata sampah tersebut diolah kembali oleh Kelompok swadaya Restu ibu.
Poto: Sampah plastik diubah menjadi alat rumah tangga seperti kursi dan papanMengetahui hal tersebut Dinas Lingkungan hidup tertarik dan akhirnya meminta saya untuk melakukan pengelolaan sampah di Prabumulih dengan membentuk Pusat Daur Ulang atau PDU.
Berlandaskan Perwako No : 23 tahun 2019, berdirilah Pusat Daur Ulang Sampah yang bina Dinas Lingkungan Hidup Kota Prabumulih.
Rumah Inovasi daur ulang sampah anorganik atau bisa disebut Riduresik lahir dari hasil diskusi segitiga Pertamina - DLH dan PDU yang dipimpin oleh Romdoni.
Lahirnya PDU tidak serta merta pengolahan sampah beres, malah ini merupakan awal dari perjuangan , karena pengolahan sampah selama ini dinilai belum maksimal.
" Hasilnya disepakati program Rumah inovasi daur ulang sampah anorganik sebagai jawaban ," kata pria dua nak ini kepada media , Minggu lalu.
Bicara sampah plastik tidak ada habisnya, karena sampah plastik memiliki banyak jenis mulai dari kantong plastik , kantong kresek dan lainnya.
Sehingga sampah plastik hingga kini dinobatkan menjadi beban utama TPA Sungai Medang.
Namun tugas PDU lebih berat lagi karena fokus mengolah sampah residu seperti sampah rumah tangga.
Hadirnya Pertamina menjadi angin segar bagi PDU yang langsung membantu merapikan lahan yang semula penuh lobang menjadi rata setelah dilakukan penimbunan dengan menggunakan alat berat sekira satu bulan lamanya.
Tidak berhenti disitu , Pertamina juga langsung membantu tiga mesin sekaligus demi kelancaran operasional PDU yang beranggotakan 30 orang ini.Ketiga mesin tersebut adalah mesin cuci sampah, mesin pengering dan mesin pres.
Kini tumpukan sampah di PDU telah banyak yang berubah menjadi aneka prodak rumah tangga seperti Meja, kursi, papan, balok, cobnlok dan kotak karet yang mempunyai nilai jual.
Ia juga mengungkap alasan Pertamina untuk membantu PDU karena berkontribusi terhadap lingkungan , tidak hanya membantu mesin Pertamina juga membantu pendampingan selama lima tahun dan pelatihan tentang tata cara pengoperasian mesin hingga mendatangkan ahli 3 profesor dari UGM.
Awalnya sampah plastik dicacah dengan menggunakan mesin cacah terlebih dahulu baru kemudian dipasarkan dengan kondisi barang setengah jadi ke Jakarta.Seiring berjalan waktu setelah berdiskusi bersama akademisi lahir ide untuk mendaur ulang sampah residu.
Sampah residu plastik ini kini telah disulap menjadi berbagai kebutuhan rumah tangga seperti Meja, kursi dan bahan funiture lainnya yang sudah menghadiri berbagai event nasional hingga ke pulau Dewata Bali. Daur ulang residu sampah plastik ini juga menarik nama -nama besar untuk memilikinya seperti Menteri Perdagangan H Zulkifli Hasan ,Mantan Gubernur Sumsel H Herman Deru
Daur ulang residu sampah plastik olahan PDU Prabumulih yang kini jadi percontohan ini ada juga yang diolah menjadi papan, conblok, kotak karet dan lain sebagainya.
Tidak main -main, PDU yang kini jadi percontohan di Bumi Indonesia ini mampu mengurangi sampah plastik di Prabumulih 10-20 ton perhari.
Untuk pemasaran, pihak PDU terus berinovasi dan mempercantik aneka produk untuk menarik lebih banyak lagi pasar agar penjualan lebih lancar lagi.
Dalam perjalanannya, Pusat Daur Ulang Sungai Medang Prabumulih telah diganjar penghargaan Piala Kalpataru pada tahun 2021 untuk kategori perintis lingkungan .
Salah satu pekerja bernama Herdi menyebut bahwa kehadiran Pusat Daur Ulang Sungai Medang ini sedikit menopang perekonomian keluarganya.
Sambil sekali-kali menyeka keringat yang menetes diwajahnya, pria 29 tahun ini mengaku, usai sholat subuh, Ia bersama rekannya mulai bekerja memilah sampah plastik seperti botol dan kantong kresek untuk di masukkan kedalam mesin pres yang setiap hari digunakannya.
Pria yang sudah bekerja sekitar dua tahun ini mengungkap dalam sehari tanpa mengenal lelah dan terkadang lembur hingga larut malam mampu menghasilkan sampah plastik pres sebanyak 1 ton.
" Alhamdulliah Pak satu hari bisa berpenghasilan Rp.100.000, -150-000,"tergantung banyak sampah yang di pres," imbuhnya
Kian lama sampah bahan plastik kian berkurang , entah kabar baik bagi lingkungan atau kabar buruk bagi Herdi yang tentu saja berimbas kepada penghasilannya .
Untuk itu Herdi berharap agar pemerintah segera mencari solusi termasuk masalah peningkatan harga jual sampah plastik agar bisa juga mendorong peningkatan penghasilannya.
" Saat ini kan uoah kami hanya Rp.100/kg, idealnya Rp.400 ,agar kami bisa sedikit sejahtera " tutup Herdi sambil tersenyum penuh pengharapan .
Posting Komentar