Erick Thohir, "Jika Lihat Sejarah, Kita Bisa Sukses Gelar Asian Games 2018"
PRABUMULIH,SRINE.Com Dari sejarah, banyak hal yang bisa dipelajari. Tak hanya kisah sukses, bahkan ketidaksempurnaan dapat menjadi bahan evaluasi agar saat kesempatan itu datang kembali, hal terbaik dapat terwujud.Pesan penuh makna itulah yang diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC), Erick Thohir saat menghadiri pameran foto-foto dan sejarah Asian Games IV/1962 yang berlangsung di Lobby Gedung A, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (2/5/2018). Turut hadir dalam acara tersebut, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Dr Hilmar Fariyd, Direktur Sejarah Kemendikbud, Triana Wulandari dan Deputi II Games Administration INASGOC, Francis Wanandi.
"Ini semua adalah sejarah nyata bahwa Indonesia telah mampu menjadi tuan rumah yang baik meski tercatat sebagai negara yang muda belia, baru 17 tahun merdeka, namun mampu menyiapkan segala hal untuk Asian Games ke-4, tahun 1962," ujar Erick.
Saat Asian Games IV 1962 berlangsung, tinta emas langsung ditorehkan. Dengan predikat tuan rumah, Indonesia menuai pujian. Bukan hanya kemegahan kompleks Gelora Senayan dan keberhasilan menjamu ribuan atlet dari berbagai negara, tapi juga karena prestasi yang melambung berkat torehan, 21 medali emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Ajang itu juga melambungkan nama Muhammad Sarengat.
Sarengat yang ketika itu berusia 22 tahun mampu mencatatkan diri sebagai pelari tercepat dan pemegang rekor baru Asia di nomor 100 m dengan waktu, 10,2 detik. Tak hanya itu, medali emas kedua juga diraih Sarengat setelah finish pertama di nomor 110 m gawang dengan catatan, 14,3 detik. Atas sukses menjadi atlet pertama Indonesia yang berjaya di cabang atletik, induk dari segala cabang olahraga, Sarengat sempat sesumbar, "Stadion Utama Senayan ini, bahkan dibangun untuk saya."
Tak jauh dari stadion utama, para pebulutangkis Merah Putih juga menoreh sejarah di Istora (Istana Olahraga) Senayan. Dari enam medali emas yang disediakan, Indonesia memborong lima keping. Tan Joe Hok menjuarai tunggal putra, dan bersama Ferry Sonneville dkk menguasai nomor beregu. Sementara para pemain putri yang terdiri dari Minarni, Retno Kustijah, Corry Kawilarang, Happy Herowaty, dan Goei Kiok Nio meraup semua medali emas di nomor beregu, tunggal, dan ganda.
Ia menambahkan, dengan melihat dokumen sejarah Asian Games 1962 itu, Indonesia dapat belajar tentang persiapan sebagai tuan rumah Asian Games 2018. "Hal itu juga untuk menekankan bahwa penyelenggaraan Asian Games untuk Indonesia. Bukan hanya panitia INASGOC dan Kemenpora saja, tapi juga untuk Kemendikbud dan rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, saya yakin, dengan belajar dari sejarah, kita bisa sukses menggelar Asian Games nanti, " lanjut Erick.
Pameran sejarah Asian Games ini berlangsung dalam rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018 yang bertema, "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan.
“Untuk memeriahkan peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini pameran sejarah Asian Games ini merupakan inisiasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendi sebagai dukungan Kemendikbud untuk kesuksesan Asian Games 2018” ungkap Triana Wulandari, Direktur Sejarah Kemendikbud. Pameran ini akan berlangsung selama seminggu.
Media and Public Relations Panitia Pelaksana Asian Games 2018
Posting Komentar